Revolusi Digital, Langkah Indonesia menjadi Pemain Global


Saat ini kemajuan teknologi sangat pesat. Dengan kemajuan digital ini masyarakat akan semakin cerdas. Dampak dari kemajuan digital sendiri pun sudah dapat dirasakan oleh masyarakat. Misalnya saja transportasi yang semakin mudah dan canggih, pesan makanan, belanja kebutuhan sehari-hari ataupun belanja komersial dan masih banyak lagi lainnya.

Perkembangan ini berdampak besar pula pada perkembangan ekonomi. Revolusi Digital di Indonesia tengah bergulir dengan cepat. Indonesia pun tampil di barisan utama tren perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara. Terbukti, jutaan startup tumbuh di sini. Diantara mereka, berhasil mencuat dan menabalkan diri sebagai unicorn.

Dari waktu ke waktu, seiring dengan ekosistem yang disiapkan secara matang oleh pemerintah, startup Indonesia terus tumbuh. Mereka menggeliat memperbesar pasar. Diprediksi, pada 2025 ekonomi digital Indonesia tumbuh empat kali lipat dengan nilai mencapai USD 240 miliar.

Ekonomi kreatif (Ekraf) memiliki lingkup dan potensi besar jika digarap maksimal. Ekraf harus bisa dirasakan hingga pedesaan serta kota kecil. Melalui pariwisata maka ekonomi kreatif bisa dirasakan sehingga kesejahteraan itu muncul. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kominfo akan memberikan beasisiwa pelatihan Digital Talent Scholarship (DTS) untuk 60.000 peserta pada 2020.

Nah...untuk itulah FMB 9 Diskusi publik dengan tema "Transpormasi Digital : Untung atau Buntung ?
Acara ini di adakan di ruang serbaguna Kemkominfo, Jl. Medan Merdeka Barat 9, Jakarta. Acara ini dihadiri oleh para narasumber yaitu :

  • Satrio Laleno, Dirjen Peminaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Tenaga Kerja.
  • Kennedy Simanjuntak, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian PPN atau Bappenas
  • Iskandar Simorangkir, Ketua Sekretariat DNKI
  • Darmaningtyas, Pengamat Pendidikan.
  • Bari Arjono, Founder & CEO Digital Enteprise Indonesia.

Acara ini dimulai dengan terlebih  dahulu menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan diteruskan dengan pemaparan dari narasumber pertama yaitu, Satrio Laleno, Dirjen Peminaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Tenaga Kerja  menjelaskan Pembangunan tenaga kerja tahun lalu sudah on the track. Terbukti dengan penurunan jumlah pengangguran. Dan tingkat kemiskinan saat ini jg menurun. Dalam menanggapi bonus demografi. Ada tiga hal yg perlu diperhatikan.

Ciri yang harus diperhatikan pada industri 4.0 adalah Kecepatan perubahan. Tahun 2020 kita akan membangun 20.000 BLK. Selain itu, sekarang kita juga sedang merintis pelatihan berbasis teknologi. Jd selama itu ada internet, semua masyarakat tetap mendapatkan pelatihan.

Narasumber kedua yaitu Kennedy Simanjuntak, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian PPN atau Bappenas menjelaskan Saat ini kita sedang mengalami bonus demografi. Dan akan berakhir pada tahun 2035. 15 tahun kedepan adalah kesempatan emas kita, apabila tdk bisa memanfaatkan. Ini akan menjadi masalah besar bagi kita. Infrastruktur dan SDM adalah tantangan terbesarnya. Diseluruh bidang pembangunan, kita akan melakukan dengan digital.

Narasumber ketiga, Iskandar Simorangkir, Ketua Sekretariat DNKI, Perubahan paradigma industri ekonomi digital pada revolusi industri 4.0. Dengan perkembangan ekonomi digital, semua akan mudah. Tetapi ada tantangan juga yg harus kita hadapi. Pemanfaatan digital dapat membawa berbagai dampak positif. Disrupsi dan manfaat ketenagakerjaan. Dengan digital akan banyak menghadirkan pekerjaan-pekerjaan yang baru.

Narasumber keempat , Darmaningtyas, Pengamat Pendidikan. Menurut pengamat, digitalisasi tidak akan menghilangkan hal-hal berikut ini :

Menurut pengamat juga menyampaikan bahwa digitalisasi itu hanya piranti.

Berikut ini beberapa catatan penting dari Pengamat

Dan, terakhir pemaparan terakhir dibawakan oleh panelis yakni Bari Arjono, Founder & CEO Digital Enteprise Indonesia. TransformasiDigital itu harus menguntungkan bagi Indonesia. Jangan sampai kita stagnan. Ekonomi digital harus menjadi penyelamat.










Komentar