Seorang Ibu Yang Rela Menjadi Relawan Supir Ambulance Covid-19

 

Sumber gambar google 

Masih teringat jelas tiga tahun lalu kita semua dihadapkan pada pandemi yang tak kunjung usai. Yess Covid-19 kala itu membuat kota di seluruh Indonesia lumpuh. Semua orang mencari aman dengan tidak keluar rumah. Dan pemerintah pun menetapkan untuk bekerja dari rumah dan belajar dari rumah. Dilarang untuk berpergian ke luar rumah terutama tempat keramaian jika tidak ada keperluan yang sangat penting. Ini  semua sebagai upaya agar dapat memutus mata rantai penularan virus corona. 

Dengan di terapkan Work From Home atau WFH pun virus corona di Indonesia belum juga selesai. Dan akhirnya karena jumlah penderita positif virus corona semakin meningkat, pemerintah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Semua upaya dilakukan guna memutus mata rantai penularan virus corona ini.

Hampir semua kegiatan dilakukan dirumah bahkan ibadah pun diberlakukan dirumah. Sedih sekali saat itu, belum lagi harus menahan rindu pada orang yang kita cintai dan sayangi. Mudahnya COVID-19 ini menular dari orang tanpa gejala, bahaya yang mengintai jika kita nekat keluar rumah, berkumpul ataupun mudik. 

Ika Dewi Maharani Rela Jadi Relawan Covid-19 

Disaat orang-orang memilih untuk berdiam diri dirumah, agar tidak tertular dengan Covid ini.  Tapi beda dengan seorang Ibu yang memiliki satu anak yang rela mengabdikan dirinya untuk menjadi relawan Covid-19. Yess dia adalah Ika Dewi Maharani, sang garda depan Covid-19. Saat itu Ika sedang menunggu wisuda di STIKES Hang Tuah Surabaya, saat mendengar kabar dari salah satu relawan Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) bahwa sedang dibutuhkan relawan medis untuk area Jakarta. Posisi yang dibutuhkan ini diperuntukkan khusus perawat yang bisa mengemudikan ambulans. Sebagai perawat yang memiliki keahlian menyetir, Ika tergerak untuk menjadi relawan dan membulatkan tekad untuk mendaftarkan dirinya. Meski sempat merasa takut ikut terjangkit, sebagai perawat Ika berkeyakinan kuat untuk melayani pasien bagaimana pun kondisi pasien.

Sumber gambar Tribun 

Di saat teman-temannya melayani di rumah sakit, tapi tidak untuk Ika. Dengan pengetahuannya sebagai perawat dan keahliannya dalam mengemudi, ia ingin mengisi yang sangat dibutuhkan dalam mengantarkan pasien ke rumah sakit posisi ini. Selama minggu-minggu awal Ika bertugas, sudah total 11 pasien yang telah dievakuasi. Selain lansia di atas 50 tahun, Ika juga mengevakuasi pasien usia 25-35 dengan kondisi Orang Tanpa Gejala (OTG). Setelah 4 bulan bertugas, Ika sudah mengantarkan puluhan pasien positif COVID-19 dengan status ringan hingga sedang. Ika berharap pandemi ini cepat berakhir dan ia dapat berkumpul kembali bersama dengan keluarga. Terlebih lagi dengan orang tua dan anak perempuan satu-satunya, Yura. Namun selama tenaga dan jasanya sebagai perawat sekaligus sopir ambulans masih dibutuhkan, Ika berikrar akan terus mengabdikan dirinya.

Ketika Ika Dewi Maharani ditanya, apakah tidak takut melakukan tugas ini?

Ika menjawab: 

Rasa takut ada pasti, cuma ini harus kita lihat lagi. Ini adalah tugas bagi kita sebagai relawan medis. Kita harus menangani pasien dari awal sampai akhir, pasien itu harus di tangani.

Kendala Ika Saat Dinas Menjadi Supir Ambulance

Ika Dewi Maharani bertugas menjadi Relawan sopir ambulans RS Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, bercerita sempat mengangkut 87 pasien terinfeksi corona dalam sehari. Saat itu sedang tinggi-tingginya orang yang terjangkit virus Corona. Ika menjelaskan bagaimana sulitnya saat itu menyetir dengan menggunakan baju APD dan juga handscoon yang berlapis dan sepatu boots. Menyetir dengan memakai APD sangat tidak nyaman, dari mulai penglihatan yang mengganggu karena menggunakan fesil, fokus pada jalanan dan menyetir memakai handscoon dua lapis. Karena dengan memakai handscoon dua lapis yang tebal membuat kesulitan menggerakkan setir karena licin. 

Sumber gambar google 

Belum lagi di kaki memakai sepatu boots dengan kondisi mobil manual. Semua pelindung yang dia pakai membuat panas di dalam mobil. Meski AC sudah menyala full tapi  Ika mengaku tetap panas karena efek baju APD yg berlapis.

Lebih lanjut Ika menceritakan untuk evakuasi pasien juga memiliki kendala. Jalanan Jakarta yang macet, belum lagi beliau tidak tahu medannya. Dan kendala lainnya melewati gang-gang sempit. Mapping nya harus benar-benar fokus. Terkadang dari jalanan sendiri saja sudah membunyikan sirine tetap saja tidak dikasih jalan oleh pengendara lainnya. Malah yang ada di terebos atau di klakson oleh pengendara lainnya di jalan. Kesel memang saat itu, apalagi saat lampu merah, ambulance tuh harus menerobos tetap aja ada yang ga ngasih jalan, meski sudah menyalakan sirine. Ika hanya bisa mengelus dada. Padahal ini dalam kondisi darurat yang harus segera mengantar pasien dengan selamat dan aman ketempat tujuan di wisma atlet. 

Tantangan Ika Dewi Maharani Menjadi Relawan Supir Ambulance 

Lebih lanjut Ika bercerita semakin kesini semakin orang merasa kalau Corona ini seperti penyakit biasa. Orang beranggapan dirawat dan diobati juga nanti sembuh kok. Banyak orang yang menyepelekan padahal nyata setiap hari ada aja yang meninggal dunia. Itu tuh nyata bukan konspirasi lagi, Ika dan garda depan lainnya hanya ingin di hargai perjuangannya. Sekian lama bertugas capek loh dengan pandemi ini.

Sumber gambar Jawa Pos

Tenaga medis semua lelah, bahkan tak sedikit juga tenaga medis yang gugur. Kalau mendengar ada teman seprofesi meninggal dunia, ada rasa sedih tapi Ika tidak lantas menyerah, Ika hanya bisa pasrah dengan takdir. Ika hanya menjalankan tugasnya dengan baik, tetap melayani karena kalau bukan garda depan Covid-19 siapa lagi yang akan membantu pasien. Saat bertugas Ika selalu berdo'a untuk selalu diberikan kesehatan, keselamatan demi menjalani tugasnya dengan sepenuh hati. Secapek apapun, selelah apapun Ika selalu semangat melayani pasien. Ika berjuang sampai pandemi ini berakhir.

Tugas Lain Ika Saat Menjadi Relawan Covid-19 

Lebih lanjut Ika menceritakan kalau dirinya saat itu memilki tugas beragam meski kewajiban pokoknya adalah sopir. Sebagai lulusan akademi keperawatan di Surabaya, dia juga menjadi perawat pasien Covid-19 yang diangkutnya melalui ambulans. Di tengah keterbatasan relawan Covid-19, Ika menjelaskan bahwa dirinya harus memiliki kemampuan lain sebagai teknisi mobil ambulansnya, sehingga juga terbiasa memeriksa kelayakan komponen kendaraan.

Sebagai seorang ibu dengan anak di Ternate, Ika mengatakan kerap menghubungi keluarganya di kampung halaman melalui ponsel. Dia mengaku rindu, tetapi karena kewajiban dan alasan protokol kesehatan saat masa pandemi, akhirnya Ika harus memendam rasa rindu tersebut. Ika selalu berkabar lewat telepon sebelum berdinas dan saat libur bertugas pada keluarga tercinta nya. Sebagai seorang ibu, saya bisa merasakan bagaimana harus menahan rindu pada anaknya dan keluarganya. Salut dan acungi jempol buat Ika yang sudah bisa melewati semuanya. 

Keluarga Sempat Mempertanyakan Keputusan Ika Menjadi Relawan Covid-19 

Ibu mana yang tidak khawatir saat anaknya mengambil keputusan untuk menjadi relawan Covid-19. Begitupun dengan Ibunya Ika yang sempat mempertanyakan keputusannya untuk menjadi relawan Covid-19 di Jakarta. Tetapi setelah dijelaskan tentang protokol ketat relawan dan kewajiban menolong perawat tidak boleh pilih-pilih pasien, akhirnya sang ibu mengizinkan.

Ika sendiri pun awalnya tidak menyangka, karena saat itu, beliau tinggal menunggu wisuda saja. Saat itu Ika melihat Jakarta terdampak pandemi yang sangat hebat. Kalau tidak ke pusatnya, pandemi ini akan menyebar. Karena alasan itulah Ika mendaftar menjadi relawan Covid-19. Ika tidak menyangka karena dirinya adalah sebagai perawat evakuasi pasien, tapi menjadi driver juga. Ika menerimanya karena Itu tantangan baginya.

Bisa dibayangkan bagaimana lelah dan capeknya beliau saat itu. Bahkan untuk makan dan minum pun Ika susah melakukannya. Pantas saja Ika Dewi Maharani seorang Ibu yang memiliki satu anak perempuan ini mendapatkan Apresiasi Kategori Khusus, Pejuang Tanpa Pamrih di masa pandemi Covid-19 dari Astra. Dedikasi pada pekerjaan nya sangat tinggi dan sangat menginspirasi banyak orang. Terimakasih Ika perjuangannya sangat membantu pasien. 

Sumber gambar Satu Indonesia Award 

Dan Akhirnya perjuangan Ika Dewi Maharani membuahkan hasil manis, Ika mendapatkan Apresiasi Kategori Khusus dari Satu Indonesia Award 2020.

Kamu layak menjadi Penerima Apresiasi SATU Indonesia Award 2020. Saya pribadi sangat salut dengan pekerjaan Ika sebagai relawan Covid-19. 


Komentar