Penanggulangan Bencana Bagi OYPMK dan Disabilitas

 

Belum lama ini Indonesia kembali mengalami bencana alam, yaitu gempa bumi di Cianjur. Mendengar dan melihat begitu banyaknya korban saya merasa terenyuh. Bagaimana tidak mereka yg berdampak pasti sangat sedih, selain itu mentalnya pasti terguncang. Harta benda bukan yang utama bagi mereka tapi keselamatan diri dan keluargalah yang menjadi prioritas mereka. 

Melihat bagaimana Cianjur rusak parah dan banyaknya korban jiwa membuat saya berpikiran bagaimana nasib para Orang Yang Pernah Menyandang Kusta (OYPMK) dan disabilitas. Pasti mereka panik karena keterbatasan mentalnya.

Nah beruntungnya saya bisa mengikuti Live Streaming YouTube Ruang KBR yang dipersembahkan NLR Indonesia, dengan tema Penanggulangan Bencana Inklusif Bagi OYPMK Dan Penyandang Disabilitas pada hari Selasa, 29 November 2022. Acara Live Streaming YouTube ini menghadirkan narasumber diantaranya : 

  • Drs. Pangarso Suryotomo (Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB)
  • Bejo Riyanto (Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA), Disabilitas Terdampak Bencana)

Ternyata kekhawatiran saya kepada OYPMK dan Disabilitas sudah tidak beralasan lagi. Pasalnya mereka sekarang sudah canggih dan lebih tanggap bencana. Saat ini OYPMK dan Penyandang Disabilitas yang terdata sudah diberikan edukasi mengenai bencana. Jadi mereka tuh tinggal mempraktekkannya saja ketika bencana datang. Sebenarnya OYPMK dan Disabilitas mereka juga memiliki kecerdasan dan kepekaan. Jadi kalau mereka sudah mendapatkan edukasi dan literasi tentang bahaya bencana, ketika bencana alam datang mereka akan segera mempraktekkannya. 

Hal ini dijelaskan oleh Mas Bejo Riyanto (Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA), Disabilitas Terdampak Bencana) dalam Live Streaming KBR. Menurut Mas Bejo mereka sudah pintar dan mereka ingin menjadi subjek dalam menangani bencana alam. PELITA ini sudah ada sejak 2016. Selain itu ada juga yang namanya DIFAGANA (Difabel Tanggap Bencana) dan juga Layanan Inklusif Disabilitas dalam Penanggulangan Bencana (LIDi). Saya sangat berdecak kagum mendengarnya, karena semua di koordinir oleh para relawan di fabel lho! Keren banget kan. Meski begitu kita tetap harus membantu para OYPMK dan Disabiltas ketika ada bencana alam. Karena kita tak pernah tahu kesiapan para OYPMK dan Disabiltas ini. 

Dalam Live Streaming ini Mas Bejo alias Mas Bejo Riyanto menceritakan bagaimana beliau menghadapi bencana gempa di Jogja beberapa waktu lalu. Mas Bejo adalah penyandang disabiltas daksa tangan dan kaki sejak lahir. Saat gempa datang mas Bejo sedang berada di dalam rumah, dan pintu rumah dalam keadaan terkunci. Alhasil karena panik saat mau keluar rumah pintu terkunci, tetapi akhirnya bisa terbuka juga. Tapi karena goncangan gempa yang begitu hebat, ketika mas Bejo berhasil keluar rumah, beliau terpental karena goncangan. Belum terpikirkan saat itu dia bisa sembunyi di bawah meja, yang dia pikirkan hanyalah bisa cepat keluar rumah. 

Nah kita bisa menarik kesimpulan bahwa penyandang Disabilitas juga memiliki kekhawatiran ingin menyelamatkan diri layaknya kita. Dari banyaknya kejadian gempa di Indonesia meski penyandang Disabilitas dan OYPMK sudah dibekali ilmu mengenai tanggap bencana, kita harus tetap membantu mereka. Terutama orangtua, saudara, dan masyarakat sekitar. Karena panik terkadang mereka jadi buntu dan bingung apa yang harus diperbuat saat gempa datang. 

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara yang rawan bencana. Karena Indonesia termasuk negara yang 80% daerahnya rentan terkena bencana alam. Di jelaskan langsung oleh Pak Papang (Panggilan untuk Pak Pangarso Suryotomo), setidaknya ada sekitar 3286 bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun ini. Kebanyakan bencana alam yang terjadi di Indonesia akibat cuaca ekstrim, banjir, tanah longsor, abrasi dan lainnya. Sedangkan, bencana karena alam ada sekitar 24 gempa bumi.

Dengan banyaknya bencana alam di desa rawan bencana akhir-akhir ini, Bapak Drs. Pangarso Suryotomo juga menjelaskan bahwa untuk selamat dari bencana, tidak bisa sepenuhnya menggandalkan diri kepada para relawan, melainnya diri kita sendirilah dapat tanggap dan menyelamatkan diri. Oleh karena itu edukasi dan literasi akan tanggap bencana wajib kita pahami. 

Selain itu telah dibentuk  juga Desa Tangguh Bencana yang berisi para relawan di lingkungan sekitar dimana desa ini bukan hanya dibentuk oleh BNPB melainkan juga didirikan oleh pemerintahan provinsi dan kota terkait. Untuk daerah yang rawan bencana, BNPB juga telah bekerja sama dengan kemendikbud untuk memasukkan pendidikan mengenai bencana alam ini di dalam kurikulum sekolah yang bernama SPAB (Sekolah Pendidikan Aman Bencana). Ada juga aplikasi Inarisk Personal yang dapat di download di smaetphone masing-masing. Hal ini bertujuan untuk dapat mengetahui resiko-resiko yang dapat terjadi di sekitar kita.

Jadi himbauan bagi masyarakat Bapak Drs. Pangarso Suryotomo berpesan pada semua lapisan masyarakat agar jangan lengah karena bencana alam bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. 

Jadi intinya meskipun disabilitas punya hak yang sama dengan teman-teman lainnya yang normal, tetapi ada 3 hal yang perlu di sosialisasi kan untuk para teman-teman disabilitas, yaitu :

  1. Pertolongan
  2. Partisipasi
  3. Perlindungan

Nah dari Live Streaming ini saya paham bahwa kita tidak perlu lagi khawatir kepada OYPMK dan para Disabilitas saat datangnya bencana alam. Karena  OYPMK dan Penyandang Disabilitas yang terdata kemungkinan besar sudah teredukasi terkait bencana. Tinggal prakteknya saja dilapangan saat bencana datang. Karena tidak dipungkiri, meski sudah dijelaskan beberapa macam info, terkadang masih aja ada stigma buruk di masyarakat terutama untuk OYPMK dan disabilitas.

Owh ini adalah informasi menarik yang perlu kita terapkan di masyarakat. Oleh sebab itu kalian yang belum nonton bisa loh menyaksikannya di YouTube Ruang KBR. Supaya kita lebih paham dan jelas akan tanggap bencana. 


 

Komentar