Banyak Ibu Yang Memberikan Kental Manis Karena Melihat Iklan

 

Indonesia mengalami pandemi sudah hampir setahun. Sampai saat ini pun pandemi tetap ada dan belum hilang. Ekonomi semakin terpuruk dan banyak yang terkena dampak kehilangan pekerjaan. Tetapi bagaimana pun sulitnya kehidupan anak harus tetap mendapatkan perhatian khusus bagi orang tuanya. Karena anak adalah harta yang paling berharga. 

Anak bukan hanya membutuhkan kasih sayang dan perhatian, tetapi harus juga mendapatkan asupan gizi yang baik. Agar pertumbuhan dan kecerdasan anak akan sehat dan baik. Tetapi sayang sampai saat ini masih banyak orang tua yang mengabaikan asupan makanan pada anak-anaknya, terutama pemberian susu formula. Pemberian susu formula yang cocok dan aman untuk bayi dan balita akan mendukung tumbuh kembang anak. Oleh sebab itulah Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama dengan PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah merasa perlu mengadakan Konferensi Pers Virtual Hasil Penelitian melalui meeting zoom pada Jum'at 11 Desember 2020 dengan tema "Iklan dan Tayangan TV Sebabkan Ibu Memberikan Kental Manis Untuk Minuman Anak". Dalam meeting zoom ini menghadirkan para narasumber yang ahli di bidangnya masing-masing yaitu ; Narasumber :

  • Arif Hidayat SE.,MM, Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI)
  • Dra Chairunnisa M.Kes, Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah
  • Dr Erna Yulia Soefihara, Ketua Bidang VII, PP Muslimat NU
  • Dr Tria Astika Endah Permatasari, SKM.MKM, Dosen Prod. Gizi, Fakultas Kedokteran dan kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Meeting zoom ini diawali dengan pemaparan Dr. Tria Astika Endah Permatasari, SKM.MKM, Dosen Prod. Gizi, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Materi yang dibawakan Apa sih bahaya Susu Kental Manis yang tentunya jika digunakan sebagai asupan kondisi utama yang akan berdampak pada kesehatan balita terlebih dalam kondisi pandemi COVID-19. Kondisi dilapangan nyatanya Covid-19 itu masih ada, kalau dari segi indikator efigiomologi memang belum ada tanda-tanda bahwa ada penurunan terkait dari pandemi COVID-19 ini. Termasuk juga pada anak, kalau dilihat dari grafik secara dunia bahwa kasus Covid-19 pada anak ini semakin mendekat dan semakin banyak jumlahnya. 

Saat ini ada 132 juta orang berisiko kelaparan dan itu 36 kutanya adalah anak-anak yang berisiko kekurangan gizi karena COVID-19 ini berdampak pada krisis ekonomi. Oleh sebab itulah himbauan pada orang tua jika memiliki balita berhati-hati karena belum ada tanda-tanda Covid-19 ini akan berkurang. Di Indonesia data bahwa anak-anak yang berdampak Covid-19 sudah mencapai 3928 anak, dan yang meninggal semakin banyak. Oleh sebab itulah kita wajib melindungi anak agar anak tidak menderita Covid-19 ini.

Berbagai riset menunjukkan anak lebih berisiko terkena dampak Covid-19, karena memang sistem imunitas itu dibentuk pada 1000hr pertama kehidupan. Karena hal tersebut sebagai orangtua harus memberikan imunitas anak lebih baik. Oleh sebab itulah ibu harus memberikan asupan makanan dan memberikan susu formula yang aman untuk balita dan anak-anak. Faktor mencegah terpaparnya anak pada Covid-19 ini adalah imunitas yang buruk pada anak dan tidak terpenuhi nya asupan makanan yang baik. Karena dengan memberikan asupan makanan dan gizi yang seimbang akan membuat imunitas anak kuat. 

Perhatikan pemberian asupan makanan yang baik pada anak mulai dari lauk pauknya, makanan pokok isi piringku. Membentuk imunitas bisa diberikan melalui susu. Susu memiliki kandungan gizi yang lengkap. Usia balita 6 bulan pertama tetap diberikan ASI eksklusif. Karena ASI adalah asupan terbaik usia 0-6 bulan, karena ASI memiliki kandungan yang lengkap yaitu kalsium, protein, lemak, serta vitamin B1 dan C. Selain itu susu juga memiliki manfaat untuk menjaga tubuh agar selalu fit.

Setelah 6 bulan balita tetap diberikan ASI dan juga susu formula yang aman untuk balita. Susu mampu membuat balita tumbuh secara optimal. Oleh sebab itulah berikan susu formula yang aman dan disarankan. Susu yang aman untuk balita adalah susu full cream cocok untuk balita 1 tahun. Selain itu ada susu rendah lemak cocok untuk usia 2 tahun. Yang tidak dianjurkan untuk balita adalah susu Kental Manis karena memiliki kandungan karbohidrat paling tinggi yaitu 55% per 100 gram. Sehingga tidak dianjurkan untuk balita.

Sayangnya masih banyak ibu yang memberikan Kental Manis akibat kurangnya informasi pada orangtua pada bahaya Kental Manis. Hasil penelitian yang menyebutkan jika Kental Manis ini dijadikan asupan makanan utama dan dikonsumsi lebih dari satu gelas perhari maka balita akan mengalami undernutrition dan juga overnutrition. Undernutrition atau gizi kurang apabila orang tua merasa anak sudah cukup gizi hanya dengan konsumsi kental manis saja, lalu lupa atau tidak memperhatikan asupan gizi lainnya. Sementara overnutrition apabila anak mengkonsumsi kental manis, dengan porsi yang banyak dan juga konsumsi makanan lainnya seperti snack dan cemilan tidak terkontrol.

Pemaparan selanjutnya dibawakan oleh Arif Hidayat SE.,MM, Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI). Bapak Arif Hidayat memberikan pemaparan tentang gizi buruk di beberapa tempat di Indonesia. YAICI melakukan penelitian gizi buruk pada anak ada di beberapa tempat. Gizi buruk karena mengkonsumsi kental manis yang diberikan kepada balita dan anak-anak. Ini dikarenakan masih banyak orangtua memberikan susu kental manis pada anak-anak mereka. Padahal jika balita mengkonsumsi susu kental manis secara terus menerus akan berdampak buruk pada anak. Seperti kurang gizi, stunting, dan masih banyak lagi dampak lainnya. Karena kental manis terlalu banyak mengandung gula oleh sebab itulah kental manis ini makanan untuk topping pada makanan. 

Dari hasil penelitian ditemukan sumber kesalahan persepsi ibu, dimana sebanyak 48% ibu mengakui mengetahui kental manis sebagai minuman untuk anak. Informasi ini di dapat dari media, baik TV, majalah, koran.

YAICI telah berkomitmen melakukan edukasi yang berkelanjutan bagi masyarakat, dalam rangka mewujudkan generasi yang unggul dimasa mendatang. Pandemi memang sempat menjadi hambatan dalam mengedukasi masyarakat tahun ini, tentu tidak seefektif bila edukasi secara langsung dengan masyarakat. Bagaimanapun, upaya ini tidak boleh terhenti, karena itulah kami berharap hasil penelitian ini dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan parstisipasinya dalam mengedukasi masyarakat.





Komentar