Dibutuhkan Kerjasama Kedua Orangtua Dalam Mempersiapkan Generasi Emas 2045

 

Pandemi sudah lebih dari lima bulan, kita semua merasakan dampak dari Covid-19. Banyak sudah masyarakat yang terkena dampak PHK atas pandemi ini. Lantas apakah kita akan mengabaikan kewajiban kita sebagai orangtua untuk anak-anaknya?

Dalam keadaan apapun kita sebagai orangtua harus selalu tegar dan kuat Dimata mereka. Terutama peran seorang ibu yang sangat penting dimasa pandemi Covid-19 ini. Sebagai seorang ibu masa Pandemi seperti saat ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kedekatan emosional dengan anak sekaligus memberikan teladan. Dengan begitu ibu milenial akan mampu mencetak generasi emas 2045 pada anak-anaknya.

Bicara mengenai Orangtua pas banget dengan acara Wabinar Nasional yang saya ikuti pada hari Selasa 11Agustus 2020. Karena tema wabinar adalah "Mencetak Ibu Millenial Pembangunan Generasi Emas 2045 Di Era Pandemi COVID-19". 

Acara wabinar ini dihadiri oleh para narasumber yang luar biasa yaitu :

  1. Hj. Khofifah Indar Parawansa ketua umum PP Muslim NU
  2. dr Hj. Erna Yulia Soefihara ketua VII PP Muslimat NU
  3. Arif Hidayat. SE.M ketua Harian YAICI 
  4. DR dr.TB. Rachmat Santika, Sp.A(K), MARS. Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak
  5. Meida Octariana. MCN, Asisten Deputi Ketahanan Gizi.
  6. dr. Ranti Hanna Sp. A. (Ibu Millennial sekaligus Dokter Anak)
  7. Maman Suherman Moderator

Untuk mewujudkan impian ibu milenial pembangunan generasi emas 2045 diperlukan adanya dukungan dari berbagai pihak. Karena ini bukan hanya tugas pemerintah akan tetapi tugas bersama termasuk orangtua. Karena orangtua lah yang memegang peranan dalam maju mundurnya suatu bangsa. Saat ini kita berada di generasi milenial, oleh sebab itulah ibu milenial harus melek teknologi. Kemajuan teknologi saat ini sangat berkembang pesat. Tentu saja kemajuan ini ada sisi positifnya dan ada sisi negatifnya. Terkadang tanpa disadari sisi negatif memiliki peranan yang sangat kuat. Sebagai contoh sisi negatif gampang terpengaruh oleh iklan. Susu kental manis yang tidak cocok diberikan untuk bayi dan anak-anak ini diberikan oleh orangtuanya. 

Orangtua memiliki persepsi bahwa susu kental manis adalah susu yang bisa dikonsumsi layaknya minuman susu untuk anak. Padahal kandungan gula yang ada dalam label  susu kental manis sangatlah tinggi. Jadi tidak cocok diberikan pada bayi dan anak-anak secara terus menerus. Karena akan berdampak buruk pada perkembangan anak kedepannya.

Sudah banyak temuan bayi dan anak-anak yang mengkonsumsi susu kental manis secara terus menerus membuat perkebangan tubuhnya menjadi tidak normal. 

Diperlukan kerjasama seluruh pihak untuk memutus mata rantai salah persepsi masyarakat terhadap susu kental manis, diantaranya :

  • Sosialisasi berkesinambungan yang dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun organisasi masyarakat.
  • Iklan Iklan melalui televisi, radio oleh produsen tentang peruntukan susu kental manis sebagai tanggung jawab sosial dari produsen.
  • Perubahan pada label terkait peruntukan kental manis bukan hanya 12 bulan tapi 3 tahun sesuai anjuran Kemenkes RI Tambahan pada label tentang kandungan gula dalam 1 kali penyajian kental manis.
  • Perlindungan melalui regulasi yang tegas dari pemerintah serta pengawasan pelaksanaan regulasi dengan hukuman bagi yang melanggar.

Sebagai seorang ibu juga wajib memperhatikan asupan yang sesuai dengan yang dibutuhkan bayi dan anak-anaknya. Karena periode kehidupan anak 1000 hari pertama kehidupan akan menentukan tumbuh kembang anak. Terutama perkembangan otaknya. 

DR. Dr. TB Rachmat Santika Sp.A.,MARS memaparkan bahwa untuk mendapatkan generasi Emas 2045 orangtua memiliki peranan penting dalam hal pemberian gizi dan asupan makanan anak. Tumbuh kembang anak harus diperhatikan, selain asupan nutrisi juga harus diberikan imunisasi secara rutin. Pola asuh ibu menjadi bagian penguat keluarga. Sedangkan bapak memiliki peran utama dalam mendidik anak. Dengan adanya kerjasama antara ibu dan bapak diharapkan dapat mencetak generasi Emas 2045. 

Meski dalam masa Pandemi seperti saat ini, orangtua harus tetap memperhatikan, mendidik, memberikan asupan nutrisi yang seimbang dan menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya. Pemerintah juga harus memperhatikan dalam pemberian bantuan sembako bagi masyarakat. Jangan diberikan susu kental manis, karena nantinya akan dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak. Berikan bantuan yang bisa meningkatkan nutrisi dan gizi anak-anak. 

Selanjutnya penjelasan dari Hj. Khofifah Indar Parawansa ketua umum PP Muslim NU, pada Webinar nasional. Seorang ibu harus sabar dan terus belajar dalam mendidik anak yang bosan mengikuti pembelajaran di rumah. Ini akan penuh tantangan tapi juga kesempatan bagi ibu untuk bisa lebih kreatif memahami metode pembelajaran yang efektif bagi anak.

Di saat pandemi seperti saat ini ibu juga harus melek teknologi, ibu harus paham dan bisa membimbing, menuntun dan memonitor anak-anak dalam menggunakan gadgetnya sekaligus mencarikan peluang baru di dunia digital yang makin banyak di era Covid-19.

Berikan pola asuh anak yang sesuai zaman, jangan berikan pola asuh jaman ibunya dulu. Karena jaman dulu sudah sangat berbeda dengan zaman sekarang. Seorang ibu harus memahami bahwa generasi sekarang cenderung berpikir praktis, ingin kebebasan dan butuh pengakuan.

Perlu di tegaskan bahwa dalam mendidik anak tidak hanya tanggung jawab seorang ibu, tapi merupakan tanggungjawab orangtua. “Menyiapkan generasi yang tangguh kuat iman, kuat sosial, ekonomi, dan pendidikan, adalah tanggung jawab bersama bukan hanya tanggung jawab seorang ibu. Seorang bapak memang memiliki tanggung jawab mencari nafkah. Akan tetapi sesibuk apapun bapak-bapak dalam bekerja, sebesar apapun penghasilan yang diberikan kepada keluarga, bapak tetap memiliki tugas utama mendidik anak-anaknya.

Perlu di perhatikan untuk semua orangtua, ketika sudah masuk pada generasi Z yang kemudian dikenal sebagai generasi milenial, kita sebagai orangtua harus bersiap-siap pada generasi Alfa yang secara prototype berbeda sekali generasi Z. Terutama dalam proses kehidupan sosialnya sangat kuat generasi Alfa ini,  secara prototype memang berbeda sekali dari generasi Z.

Disinilah orangtua memiliki PR sendiri bagaimana pola asuh secara khusus dan yang benar antara generasi Z dan generasi Alfa yang solidaritas sosialnya bisa lebih tinggi dari generasi tua. Memang orangtua harus terus belajar dan belajar dan selalu mendapatkan edukasi dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya agar kelak menjadi generasi Emas yang membanggakan orangtua dan juga negara.

Komentar

  1. Belum jadi Ibu tapi saya senang mencari ilmu utk bekal nantinya. Generasi Emas harus disiapkan sedini mungkin, salah satunya dg mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi. Makasih infonya Mak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yess mba...bagus banget ilmunya, malah nanti jadi pinter lho begitu jadi ibu. Karena sering mendapatkan edukasi tentang merawat dan mendidik anak

      Hapus

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan anda ke blog saya.
Saya sangat senang jika anda meninggalkan pesan pada postingan ini.
Terimakasih