Kesetaraan Gender Akan Membuat Perempuan Lebih Berdaya Di Era Digital



Di era teknologi digital semakin canggih, pengguna internet perempuan lebih rendah 12% daripada pengguna laki-laki. Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia digital sangat berpengaruh besar pada kemajuan perempuan untuk mendapatkan penghasilan. Tetapi problem yang dihadapi perempuan dalam era digital saat ini adalah kesenjangan keterampilan digital. Seringkali digital gap didefinisikan hanya sebatas pengukuran kesenjangan akses seseorang terhadap komputer dan internet, padahal ada kesenjangan nyata antara perempuan dan laki-laki.

Era digital memandang perempuan baru sebatas konsumen. Lapangan ekonomi digital  yang masih terus akan berkembang ini perlu diisi perempuan Indonesia sebagai aktor yang aktif. Tantangan ekonomi dunia digital ialah kreativitas dan selalu siap terhadap perubahan. Khususnya bagi perempuan, tetapi ada satu tantangan yang harus diatasi yaitu digital gap yang harus segera diatasi.

Oleh sebab itulah Kementerian Peranan Perempuan Dan Perlindungan Anak  (KPPPA) bersama Viva.id merasa perlu menggelar acara yang membahas tentang kesetaraan gender. Acara ini digelar dalam rangka menyambut Hari Ibu yang jatuh pada bulan Desember.
Acara diadakan pada hari Selasa 03 Desember 2019 yaitu VIVATALK, PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU dengan tema "Perempuan Di Era Digital". Dalam acara ini hadir sebagai narasumber yaitu :
  • Indra Gunawan Selaku Perwakilan dari KPPPA 
  • Dr. Sri Danti Anwar selaku Pakar Gender
  • Eko Bambang Subiantoro selaku Chief Of Research At Polmark Dan Aliansi Laki-laki Baru
  • Diajeng Lestari selaku Founder Hijup
Sejak tahun 2010 pemerintah  sudah mulai melakukan kampanye kesetaraan gender. Pemerintah bekerjasama juga dengan tokoh pemuka masyarakat dan juga tokoh agama untuk mendukung kesetaraan gender. Kesetaraan gender harus terus digaungkan dan juga harus selalu kerjasama, sinergi, kolaborasi penting dalam menyukseskan kesetaraan gender berjalan lancar. Konstruksi gender membuat perempuan dan laki-laki seperti berbeda. Pada nyatanya keduanya memiliki kesamaan.
Kesetaraan gender dalam pernikahan baik istri maupun suami sama-sama berperan dalam mencari nafkah, mengurus anak, melakukan kesepakatan pengaturan rumah tangganya akan dibawa seperti apa. Kesetaraan gender disini juga perlu ditegaskan bahwa perempuan mempunyai hak yang sama, bukan perempuan seolah ingin mengalahi suami. Ini yang perlu digaruis bawahi.

Oleh sebab itulah kampanye kepada masyarakat tentang kesetaraan gender harus dilakukan secara rutin dan terus menerus. Ibu Dr. Sri Danti Anwar selaku Pakar Gender menjelaskan bahwa image seorang laki-laki maskulin itu bukan lagi laki-laki yang gagah, jago berantem, berkuasa, dan lain-lain. Akan tetapi lebih ke pria pria yang yang tidak menyakiti perempuan, saling pengertian kepada semua dan sayang kepada anak-anaknya dan keluarganya.

Pencapaian kesetaraan gender kita sudah mengalami progres di tiga bidang, yaitu :
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Ekonomi
Dengan tiga progres tersebut maka pencapaian kesetaraan gender jadi meningkat. Gender mainsstreaming masuk kerencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang. Perempuan boleh memilih berkarir ataupun bersekolah tinggi. Hal ini bukan lagi menjadi kecaman, melainkan dukungan penuh karena perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Walaupun sudah banyak langkah yang dilakukan perempuan, tetapi masyarakat tetap membedakan laki-laki dan perempuan. 

Kesadaran akan hal ini perlu dipertegas dan mendapatkan pemahaman kepada semua pihak. Yang paling dasar bisa dimulai dari rumah tangga, pemahaman kesadaran bahwa tanggung jawab perempuan dan laki-laki itu sama. Hal ini akan membuat masyarakat sekitar tidak merasa aneh jika melihat seorang suami melakukan poekerjaan rumah tangga termasuk memasak dan mengurus anak.

Pak Eko Bambang Subiantoro selaku Chief Of Research At Polmark Dan Aliansi Laki-laki Baru menjelaskan bahwa masih ada kendala dalam kesetaraan gender ini. Kendala utamanya tafsiran dalam agama dan juga kebijakan dari pemerintah. Oleh sebab itu perlu adanya dukungan dari pemerintah dalam hal kesetaran gender ini. Masih banyak kebijakan kebijakan negara yang harus terus diperbaiki agar dapat mensupport terwujudnya kesetaraan gender sesuai dengan rencana.

Kesetaraan gender yang paling dasar bisa dimulai dari rumah tangga, pemahaman kesadaran bahwa tanggung jawab perempuan dan laki-laki itu sama. Suami bisa mengerjakan pekerjaan rumah sang istri, tidak ada yang aneh jika kita saling mendukung satu sama lainnya. Lelaki bisa mengerjakan pekerjaan rumah, perempuan pun mempunyai hak yang sama, yaitu bisa menjadi perempuan berdaya. Dalam hal ini pemerintah harus mendukung dan memberikan kebijakan agar perempuan saat ini bisa menjadi perempuan berdaya di negerinya sendiri.

Kesetaraan gender bukan berarti perempuan dan laki-laki harus sama. Tetapi keduanya mendapatkan hak yang sama dan seimbang. Perempuuan mungkin berbeda privilegenya dengan laki-laki. Sebagai contoh perempuan tidak boleh keluar malam ataupun pulang malam, perempuan yang bekerja dikantor dapat streotip miring. Tapi optimalkan apa yang ada, sambil memberi pemahaman bahwa perempuan harus diberi peluang untuk mengembangkan diri, mengoptimalkan kemampuan diri dan lainnya.

Dalam sebuah keluarga juga harus selalu ditanamkan nilai saling menyayangi, saling menghargai agar keluarga bisa meningkatkan kapasitas kemampuan dari masing-masing dan keluarga bisa lebih harmonis. Suami dan istri tidak boleh saling menyaingi tetapi harus saling mengerti agar rumah tangga selalu sejahtera dan harmonis.

Akses pada perempuan perlahan semakin terbuka dari waktu ke waktu. Pembangunan negara maju peran perempuan juga semakin besar. Jika perempuan diberdayakan secara optimal perempuan akan bisa menjadi lokomotif dalam pembangunan ekonomi. Sayangnya masih banyak kaum perempuan yang dibatasi oleh pembatasan stigma gender dibeberapa daerah. Kalau semua perempuan diberikan hak yang sama seperti laki-laki maka negara bisa kuat karena jumlah aset dari perempuan di Indonesia cukup besar, dengan demikian potensinya pun besar.

Masih banyak perempuan yang mendapatkan diskriminasi, dimana perempuan dan anak-anak masih kerap menjadi korban kekerasan. Oleh sebab itulah kita harus merubah mindset bahwa laki-laki lebih dominan dari perempuan. Faktor lainnya yang menguatkan mindset tersebut adalah bahwa budaya patriarki di beberapa daerah yang masih kuat. Kunci utamanya adalah harus diubah mindsetnya dari kaum laki-laki agar bisa menerima perempuan setara.

Jika perempuan diberikan hak yang sama seperti laki-laki maka perempuan juga bisa  cerdas, mandiri dan maju. Ini akan berdampak pada kemajuan ekonomi bangsa. Sudah banyak contohnya perempuan sukses dan bisa mendapatkan penghasilan menggunakan digital. Misalnya saja berjualan online dan lainnya. Perempuan juga bisa melakukan pekerjaan ini dirumah tanpa harus meninggalkan keluarga. Jadi mari kita sama-sama mendukung agar kesetaraan gender dapat diterapkan di Indonesia dengan baik.






Komentar