Rumusan Rakornas KADIN 2019


Assalamualaikum Wr. WB

Selasa 5 November 2019, saya berkesempatan menghadiri acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia. Rakornas yang bertema "Produktivitas dan Daya Saing Pertanian dan Industri Pangan", ini diadakan di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta.

Kalau saya jujur bahasan mengenai pangan buat saya adalah bahasan yang seru. Secara pangan menjadi kebutuhan pokok sehari-hari. Pangan juga menjadi kebutuhan dasar manusia dan pemenuhannya jadi hak asasi rakyat Indonesia. Karena itu, diatur di Undang-Undang No. 18/2012 tentang Pangan.

Nah...seru banget dan nambah ilmu buat saya dan juga semua yang hadir disini. Dan dari Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ini menghasilkan rumusan rekomendasi kepada  pemerintah seputar upaya peningkatan  produktivitas dan daya saing pertanian juga industri pangan, serta mengkoordinasikan program kerja dunia usaha dan pemerintah.
Hasil Rakornas ini ada tiga pokok pembahasan, antara lain : Produktivitas melalui penyediaan lahan, bibit, dan teknologi dalam menghadapi perubahan iklim.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan, Franky O. Widjaja mengatakan tahun 2045, jumlah populasi dunia diperkirakan akan menembus 9 miliar jiwa. Sementara itu populasi penduduk Indonesia akan mencapai 350 juta jiwa. Ini artinya harus bisa meningkatkan produksi pangan secara signifikan untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional.

Pengadaan bibit dan benih komoditas pangan yang bermutu dan tersertifikasi memiliki peranan penting untuk memenuhi ketahanan pangan nasional. Pemerintah perlu mengatur agar perbibitan dan perbenihan komoditas pangan dapat terkoordinasi dan terpadu, mulai dari pengadaan, pendistribusian, penyimpanan hingga cara penanamannya.

Disamping itu, lanjutnya, pemanfaatan teknologi pertanian yang tepat untuk meningkatkan produktivitas pertanian semakin penting di tengah dampak perubahan iklim yang sering menganggu kelangsungan produksi bahan pangan.
Ketersediaan akses pembiayaan guna mendukung ketahanan pangan nasional, yang selama ini menjadi kendala bagi para petani, terutama mereka yang berada di daerah terpencil dan minim dukungan infrastruktur akan coba diterobos melalui inovasi skema pembiayaan inklusif berbasis teknologi informasi tepat guna.

Pembahasan juga akan fokus pada penciptaan ekosistem investasi pangan yang baik. Untuk menghadapi persaingan pasar internasional yang semakin dinamis dan kompetitif, sektor pertanian nasional juga harus mampu meningkatkan daya saingnya.

Franky mengatakan sektor pangan masih menghadapi permasalahan tidak stabilnya harga dan pasokan sejumlah komoditas pangan utama, seperti beras, daging sapi, jagung dan kedelai. Di sisi lain, sistem perdagangan pangan global semakin terbuka menyebabkan harga produk pangan di dalam negeri ikut terpengaruh oleh situasi dan kondisi internasional. Hal ini menyebabkan harga komoditas pangan strategis menjadi berfluktuasi.
 Strategi industrialisasi berbasis agroindustri perlu dipersiapkan dengan matang. Sama halnya dengan strategi daya saing ekspor unggulan kita,” tegas Franky yang juga Ketua Dewan Pengarah Rakornas.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan Juan P. Adoe menekankan pentingnya pertumbuhan investasi di subsektor pangan. Tak hanya itu, dirinya juga menekankan perlunya infrastruktur pembiayaan perbankan yang lebih inovatif dan kreatif, sehingga mempermudah akses permodalan kepada petani dan peternak dengan skema perkreditan yang lebih kompetitif dan dapat menciptakan nilai tambah keuntungan bagi petani dan peternak.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian menyebutkan sektor makanan menjadi penyumbang utama penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp7,1 triliun, dan kedua terbesar penanaman modal asing (PMA) senilai USD376 juta pada kuartal I-2019. Pada periode-periode sebelumnya, sektor makanan juga menjadi salah satu kontributor utama investasi, terutama untuk PMDN.
 Kita harapkan investasi di sektor pangan terus tumbuh, tentunya ini perlu didorong dengan kebijakan fiskal dan insentif yang baik, karena akan berpengaruh banyak pada keberlanjutan pertanian dan industri makanan.

Sementara itu Ketua Pelaksana Rakornas, Franky Welirang menjelaskan selain melibatkan Dewan Pengurus Kadin seluruh Indonesia di sektor agribisnis, Rakornas juga menghadirkan para pemangku kepentingan lainnya seperti pemerintah, asosiasi dan himpunan bisnis, petani, korporasi, perbankan dan lembaga keuangan hingga anggota parlemen dan lainnya.
Rakornas ini juga melibatkan banyak pihak diantaranya : Sektor Agribisnis, Asosiasi petani, perbankan dan masih banyak lagi.

3 Diskusi Panel
Dalam Rakornas Agribisnis Kadin2019 ada tiga diskusi panel dengan narasumber yang seru banget nih....

Topik di diskusi pertama :

Topik diskusi pertama membahas tema "Produktivitas Melalui Penyediaan Lahan, Bibit dan Teknologi dalam Menghadapi Perubahan Iklim".

Setuju banget nih bahasannya, penting banget membahasan iklim karena selain menyebabkan kenaikan suhu dan penyimpangan cuaca, juga meningkatkan potensi serangan hama tanaman. Imbas dari serangan hama tanaman,  petani akan mengalami gagal panen. Kasian kan kalau sampai gagal panen, karena mereka sudah berkorban tenaga dan pikiran tapi harus mengalami kegagalan. Oleh sebab itulah Rakornas Kadin membahas masalah ini. Dengan harapan para petani tidak akan mengalami gagal panen kembali.


Topik Diskusi Panel Kedua :

Untuk topik untuk diskusi panel kedua ini memnahas “Ekosistem Investasi Ketahanan Pangan & Daya Saing Ekspor".
Ekosistem Investasi Ketahanan Pangan dan Daya Saing Ekspor Ini juga topik yang sangat penting. Karena sektor makanan menjadi penyumbang utama penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp7,1 triliun, dan kedua terbesar penanaman modal asing (PMA) senilai US$376 juta pada kuartal I/2019.

Topik Diskusi Panel ketiga :

Nah...ini nih topik diskusi panel ketiga yang lumayan seru, yaitu "Access to Finance”. Pasti kita bertanya tanya membahas apa ya Access to Finance ini. Nah...dalam Acces to Finance ini membahas tentang peran fintech bagi petani. Pentinh banget bahasan ini, karena memang petani membutuhkan modal uang untuk mengelola lahan pertaniannya.

Karena akses pembiayaan petani memang masih menjadi masalah utama dalam mewujudkan program-program ketahanan pangan oleh Pemerintah, terutama para petani yang berada di daerah terpencil.

Harapannya memang dengan semakin banyaknya bermunculan perusahaan fintech, bisa menjadi solusi layanan keuangan bagi masyarakat yang belum memiliki akses ke institusi perbankan. Memang saat ini kalau meminjam dana lewat perbankan banyak persyaratannya, tetapi dengan adanya fintech petani akan lebih mudah mendapatkan pinjaman tanpa persyaratan yang rumit.

Akhirnya Rakornas Agribisnis Kadin 2019 selesai dengan menghasilkan rumusan masukan dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka meningkatkan produktivitas dan daya saing pertanian dan industri makanan.






Komentar