Pentingnya Edukasi Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan


Masalah gizi pada anak sampai hari ini masih saja ditemukan. Beberapa anak di perkirakan tidak mendapatkan gizi yang benar. Orang tua adalah ujung tombak dari kecukupannya gizi pada anak. Selain itu dari segi ekonomi pun masalah gizi anak menjadi permasalahan utama.

Orang tua mana yang tidak sayang pada anaknya. Terutama seorang ibu seperti saya. Pasti setiap ibu menginginkan anak-anaknya tumbuh sehat, kuat, dan cerdas. Tapi pemenuhan gizi pada anak juga memerlukan biaya. Selain biaya sebagai ibu juga kita harus paham akan ilmu tentang tumbuh kembang anak. Agar kita tidak salah memberikan asupan makanan pada anak-anak.

Kehadiran sang buah hati pasti banyak dinanti oleh para pasangan rumah tangga. Banyak pasangan yang ingin sekali mempunyai buah hati tetapi mereka belum mendapatkannya. Tetapi mengapa yang sudah diberikan buah hati, tidak di rawat dan diberi asupan yang baik. Buah hati berhak mendapatkan asupan gizi yang baik dan benar. Dan orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan itu semua.

Dalam rangka Diskusi Publik Menyambut Hari Gizi Nasional 2019, dengan tema Pentingnya Edukasi Pemenuhan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Menuju Zero Gizi Buruk dan Stunting 2045. Diskusi Publik ini bertempat di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, dihadiri oleh narasumber yang luar biasa yaitu :

  • Ir. Doddy Izwardy, MA., selaku Direktur Gizi Nasional Kementerian Kesehatan RI
  • Arif Hidayat, SH.MH selaku Ketua dari Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarkat (KOPMAS)
  • Arif Maulana, SH.MH. selaku Direktur LBH Jakarta
  • Anisyah S.Si,Apt, MP selaku Direktur Registrasi Pangan Olahan BPOM
  • Ibu Yuli Supriyati selaku Wakil Ketua dari Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarkat (KOPMAS) 
  • Kang Maman sebagai Moderator.


Saat ini masalah gizi anak balita masih sangat memprihatinkan.
Ketua Umum Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (Kopmas) Arif Hidayat mengingatkan ancaman gizi buruk dan stunting akan terus mengancam anak-anak Indonesia akibat pemenuhan gizi anak yang masih sangat memprihatinkan. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan orangtua dan informasi produk makanan yang menyesatkan menjadi salah satu penyebabnya.
Banyak ibu di Indonesia tidak memahami cara merawat dan membesarkan anak, khususnya saat anak baru lahir ke dunia.

Sebagai ibu harus paham akan manfaat jangka panjang dan berkelanjutan adalah pembangunan kesehatan. Banyak orang tua yang tidak mengetahui jika masa tumbuh kembang bayi selama 1000 hari itu penting untuk tumbuh kembangnya hingga dewasa.
Terpenuhinya kebutuhan gizi masyarakat terutama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembangunan kesehatan. Saat ini permasalahan gizi, baik gizi kurang termasuk stunting dan gizi lebih, terjadi hampir di seluruh strata ekonomi masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Tidak bisa dielakkan bahwa masalah Gizi buruk berawal dari masalah rendahnya pengetahuan orangtua tentang tumbuh kembang sang anak. Saat ASI (Air Susu Ibu) tidak keluar, banyak ibu memilih untuk memberikan SKM, karena banyak para ibu yang tidak mengenal kebutuhan dirinya sendiri.
Sebagai contoh, masih banyak para orangtua yang tidak tahu kalau susu kental manis (SKM) itu bukanlah susu untuk anak. Kandungan gizinya minim, tetapi kandungan gulanya sangat tinggi, tegas Arif Hidayat.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan proporsi status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2% (Riskesdas 2013) menjadi 30,8%. Proporsi status gizi buruk dan gizi kurang juga mengalami penurunan 19,6% (Riskesdas 2013) menjadi 17,7% (Riskesdas 2018).

Arif Hidayat menjelaskan dari kunjungan lapangan di daerah Bandung dan Cirebon Jawa Barat serta Pandeglang Banten, pada periode November - Desember 2018, Kopmas mendapati sebanyak 12 anak yang mengalami gizi buruk. Salah satu penyebabnya pemberian SKM pada balita dan anak-anak masih banyak ditemui.
Ini salah satu situasi yang yang sangat berbahaya, karena kunjungan kami ke berbagai daerah menunjukkan masih buruknya pengetahuan para orang tua tentang pentingnya periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Hasil temuan ini juga menunjukkan bahwa masih banyak di antara orangtua yang belum mendapatkan edukasi yang baik tentang bagaimana membesarkan anak. Pandeglang merupakan salah satu daerah dengan kasus gizi buruk yang paling tinggi. Ini PR (pekerjaan rumah) kita bersama.

Wakil Ketua Kopmas Yuli Supriati menambahkan, mudahnya masyarakat mendapatkan susu kental manis di warung-warung adalah salah satu penyebab gizi buruk.
Masalah ini bermula karena para ibu tergiur dengan iklan produk susu kental manis yang secara kasat mata menampilkan  anak-anak sehat dan ceria setelah mengkonsumsi susu kental manis. Ibu-ibu di pelosok daerah ini belum teredukasi. Walau sudah diberi pemaparan oleh kader, mereka tetap tergiur oleh iklan susu kental manis. Ini yang membuat kesulitan karena ibu-ibu sudah terkena dampak iklan.

Selain dari Kopmas, pembicara lainnya adalah Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Doddy Izward, perwakilan BPOM dan Arif Maulana, SH.MH selaku Direktur LBH Jakarta, sudah bukan rahasia umum lagi, jika banyak anak-anak di Indonesia mengalami gizi buruk, yang menyebabkan beragam masalah kesehatan seperti stunting.Tak hanya itu, Indonesia juga menduduki posisi 64 dari 65 di dunia untuk anak gizi buruk. Keadaan bukannya semakin baik, malah semakin banyak anak di Indonesia yang mengalami gizi buruk.

Acara Diskusi Publik ini semakin hangat ketika KOPMAS menghadirkan salah satu Ibu PKK dari Pandeglang yang memberikan pengalaman nya tentang masalah anak di daerahnya. Faktor sosial yang membuat para ibu di Pandeglang ini tidak cukup ilmu untuk mengedukasi diri mereka terhadap tumbuh kembang anaknya. Selain itu banyak ibu lebih percaya dukun atau orang pintar, ketimbang puskesmas atau posyandu. Banyak ibu terpengaruh apa kata tetangga. Mereka juga tidak tahu asupan pangan yang bagus untuk anak. Saat sakit mereka lebih percaya dukun, daripada tenaga ahli, jelasnya.

Beragam fakta inilah yang menjadi PR besar untuk kita, termasuk pemerintah dan Lembanga Sosial Masyarakat (LSM) untuk lebih banyak mengedukasi orangtua.
KOPMAS ingin bersama-sama pemerintah dan swasta untuk terus melakukan edukasi pentingnya pemenuhan gizi seimbang kepada masyarakat. Ini adalah tanggung jawab bersama bukan tanggung jawab pemerintah saja. Peran orangtua juga sangat ponting dimana seorang ibu adalah kelompok kecil yang akan melakukan perubahan besar di rumahnya.

Hal ini karena ruang lingkup KOPMAS adalah menerima pengaduan dari masyarakat akan adanya persoalan kesehatan anak, terutama gizi buruk.
Oleh sebab itulah mari kita para orang tua cerdas dalam merawat dan menjaga anak-anak nya. Anak-anak adalah investasi utama dalam membangun sumber daya manusia Indonesia yang akan memberikan manfaat jangka panjang dan berkelanjutan.
Yang perlu diingat, berikan asupan makanan dan gizi pada anak dengan benar. Jangan berikan Susu Kental Manis (SKM) pada anak, karena SKM tidak memenuhi nutrisi pada anak-anak.

Susu Kental Manis (SKM) tidak baik untuk anak-anak terutama pada bayi. Karena kandungan gula pada SKM sangat tinggi yaitu 50%. Jika anak-anak terutama bayi diberikan SKM secara terus menerus maka anak akan kekurangan nutrisi bahkan terindikasi mengalami gizi buruk. Jadi berikan anak-anak terutama bayi nutrisi yang benar dan sehat, agar tumbuh kembangnya baik hingga menginjak dewasa.



Komentar

  1. memang asupan gizi penting banget bagi tumbuh kembang anak terutama di awal usianya

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan anda ke blog saya.
Saya sangat senang jika anda meninggalkan pesan pada postingan ini.
Terimakasih