Cinta Terencana Wujudkan keluarga bahagia

Foto by Google

Saya adalah seorang ibu yang memiliki dua orang anak putra yang usianya meninjak remaja. 22 tahun yang lalu saya memutuskan untuk menerima pinangan pacar saya dan mantap untuk hidup berumah tangga bersamanya.

Pernikahan yang berjalan lebih dari 22 tahun, saya lewati berdua dengan penuh suka duka dan berbagai macam rintangan. Awal pernikahan memang banyak kendalanya, karena masing-masing dari kita mempunyai perbedaan yang tidak bisa disatukan. Lambat laun perbedaan itu bisa kita atasi dengan saling pengertian dan saling menghormati.


Kami berdua mempunyai prinsip bahwa keluarga adalah harta yang sangat berharga. Keluarga tempat berbagi suka dan duka. Setiap individu akan mengalami fase terbesar dalam kehidupannya, yaitu berumah tangga. Dalam berumah tangga kita harus saling mengerti satu sama lain.

Sebelum melangkah kejenjang rumah tangga, haruslah dipersiapkan dengan matang. Berumah tangga akan banyak cobaan dan rintangannya. Karena berumah tangga adalah menyatukan dua hati yang berbeda.


Setelah berumah tangga pasti ada peran yang harus kita jalani. Suami dan istri harus saling berbagi tugas dan juga menjalankan perannya dengan baik. Seorang istri harus melayani suaminya dan juga mengurus rumah tangga. Sedangkan seorang suami bertugas mencari nafkah dan memberikan perhatian untuk keluarganya.

Suami dan istri harus saling pengertian, agar ketahanan dan kesejahteraan keluarga terwujud dengan baik. Berumah tangga pun harus ada tujuannya, agar mampu menjalani kehidupan berkeluarga dengan optimal.

Hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 saya menghadiri acara Meet Up BKKBN Bersama Komunitas Blogger yang bertempat di museum penerangan Taman Mini Indonesia Indah. Dalam acara ini BKKBN mengangkat tema "Membangun Keluarga Berkualitas Dengan Cinta Terencana".

Acara ini dihadiri oleh narasumber yang luar biasa yaitu :

  • Ibu Eka Sulistya Ediningsih Selaku Bina Ketahanan Remaja BKKBN (Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencan Nasional).
  • Ibu Rosalina Verauli, M.Psi, Psikolog
  • Mba Resi G Prasasti seorang Blogger.
Acara ini dibuka dengan menyanyikan mars BKKBN, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan oleh Ibu Eka Sulistya Ediningsih selaku Bina Ketahanan Remaja BKKBN. Ibu Eka Sulistya menjelaskan bahwa usia ideal menikah untuk remaja putri adalah 21 tahun, sedangkan untuk pria 25 tahun.

Sebelum menikah sebaiknya memiliki pengetahuan komprehensif tentang pengetahuan berkeluarga. Harapannya dapat menyiapkan diri dan merencanakan kehidupan keluarga dengan baik.

Menikah harus terencana dengan baik. Bukan hanya usia yang ideal saja, tetapi harus merencanakan jumlah anak yang ideal. Ini diharapkan agar orang tua bisa fokus mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, Dan anak akan mendapatkan pendidikan yang optimal dan juga perhatian yang cukup.

Sebagian remaja mengira pernikahan bagaikan surga dunia. Mereka berpikir yang enak-enaknya saja. Padahal justru pernikahan itu adalah dunia baru yang harus dijalani dengan baik dan fokus.

Merencanakan keluarga dimulai dari mengarahkan cinta menjadi cinta yang terencana sehingga terwujud keluarga yang berkualitas. Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pembangunan Keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Kita akan bawa kemana keluarga kita?
Sebagai seorang ibu sekaligus istri kita harus bisa mengikuti perkembangan yang terjadi pada keluarga kita. Ibu Roslina Verauli, M.Psi menjelaskan sebagai seorang istri kita harus mengikuti perkembangan yang terjadi pada keluarga.

Memahami kelurga dan peta keluarga. Kelurga ada baiknya tinggal dalam satu atap. Dalam keluarga harus memiliki tujuan dan nilai kehidupan yang sama. Komitmen jangka panjang dan umumnya tinggal bersama.

Ciptakan komunikasi positif. Jangan berlebihan dan jangan juga kekurangan. Tidak boleh egois dan harus memahami satu sama lainnya. Mengikuti perkembangan yang terjadi, jangan diam tanpa perubahan.

Sebagai contoh ketika menikah dengan suami, jabatan suami hanya sebagai pegawai biasa saja. Tetapi ketika menikah beberapa tahun kemudian suami naik pangkat. Nah...istri sudah selayaknya mengikuti perkembangan suaminya. Merubah cara penampilannya dan juga cara hidupnya agar tidak minder pada suaminya. Hal ini juga dapat mencegah suami berpaling pada wanita lain.

Begitupun pada anak-anak. Ketika anak-anak masih kecil-kecil, mereka tidak bisa dipisahkan oleh orang tuanya terutama ibu nya. Kemanapun Ibu pergi pasti anak akan menangis dan meminta ikut.

Nah...Ketika anak-anak sudah menginjak remaja, maka perbedan akan terlihat jelas. Mereka akan sibuk dengan dunianya, dan bahkan jarang bercerita dengan ibunya. Tidak lagi menangis ketika ibu pergi, bahkan akan susah ketika kita ajak pergi. Sebagai ibu kita harus memahami perubahan yang terjadi ini.

Bukan tidak sayang lagi pada orangtuanya, tetapi memang perkembangannya seperti itu. Tetapi orang tua harus tetap menjaga komunikasi dan tetap memberikan perhatian pada sang anak.

Siap tidak siap kita semua akan mengalami perubahan dalam rumah tangga kita. Semua adalah fase kehidupan manusia pada umumnya.

Saya juga terkadang merasa sedih dengan perubahan yang terjadi dirumah. Kangen akan suara keributan anak-anak, tangisan anak dan bahkan kelucuan anak dalam masa tumbuh kembangnya. 

Apa yang saya rasakan ini juga dirasakan oleh semua orang tua yang mempunyai anak menginjak remaja. Perlahan mereka akan besar dan akan pergi berumah tangga. 
Dan kita sebagai orang tua tidak boleh egois. Tetap selalu mendukung anak demi masa depan nya.

Selalu memberikan motivasi pada anak. Memberikan pandangan baik dan buruknya ketika berumah tangga. Menikah bukan hanya mengecap kesenangan. Tetapi menikah adalah sebuah tanggung jawab yang sangat besar. Karena menikah sekali seumur hidup.

Cinta terencana akan hidup selamanya. Rencanakan dalam berumah tangga dan ingat anjuran pemerintah, 2 anak saja cukup. Keluarga bahagia adalah dambaan semua orang.

Menumbuhkan cinta yang terencana pada keluarga, haruslah selalu dijaga dan dirawat. Karena keluarga adalah harta yang tak terhingga.

Selasa 22 Mei 2018
tinapurbo@gmail.com






Komentar

  1. Kadang geregetan sama ABG yang pengen buru-buru nikah. Hmmm belum tahu dia kalau nikah itu penuh tantangan dan cobaan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah...bener mba...dikira hanya seneng² aja ya, giliran dikasih cobaan bawaannya mau pisah, jangan...hrs dipertahankan

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Jabatan suami mengikuti penampilan istri. Kalau mpo, tetap sederhana dan tidak glamour.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Meski sederhana Mpok selalu menjadi dambaan suami

      Hapus

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan anda ke blog saya.
Saya sangat senang jika anda meninggalkan pesan pada postingan ini.
Terimakasih