Tidak ada Usaha Yang Sia - Sia


Menceritakan masa lalu selalu membuat kita terharu. Terlebih menceritakan kisah hidup yang sangat menantang dimasa lalu.

Saya terlahir dari keluarga yang sangat sederhana sekali. Yang mencari nafkah di keluarga hanyalah bapak yang bekerja sebagai seorang ABRI. Pada masa itu penghasilan seorang pegawai negeri tidak seperti sekarang. Penghasilan nya hanya pas - pasan untuk makan saja. Sementara bapak saya memiliki 7 anak. Bisa dibayangkan bagaimana susahnya mencukupi kebutuhan untuk keluarga.

Semakin lama anak - anak semakin besar. Kebutuhan nya pun semakin meningkat. Bapak yang saat itu bekerja sebagai pegawai negeri, tetap harus mencari tambahan malam harinya menjadi Security di sebuah perusahaan. Semua dia lakukan demi keluarga nya.

Tapi itu tetap tidak bisa mencukupi kebutuhan yang begitu besar. Kami semua anak-anaknya tidak tega melihat bapak banting tulang sendirian untuk kami. Akhirnya saya dan kakak saya berinisiatif untuk mencari penghasilan setelah pulang sekolah. Saat itu saya masih duduk di bangku SMP. Tapi niat saya membantu orang tua sangat kuat. Akhirnya dengan usia saya yang masih dibilang anak-anak saya nekat bekerja di tempat tetangga. Sepulang sekolah saya harus bekerja mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang untuk ukuran anak-anak tergolong sangat berat. Terlebih mencuci pakaian yang menguras tenaga. Dari pekerjaan yang saya kerjakan itu, saya menerima uang imbalan harian, uang tersebut saya gunakan untuk jajan dan transport sekolah. Ada rasa sedih, karena saya tidak bisa menikmati bermain bersama teman-teman lainnya.

Ibu dan bapak begitu senang ketika melihat anak-anak nya bisa mencari uang sendiri untuk biaya sekolah nya. Dan kedua orang tua saya sering menangis dan meminta maaf atas semua keterbatasan ini. Mereka bangga pada kami yang bisa mencari uang di usia belia.

Saya selalu menjalani dengan ikhlas, rutinitas ini saya kerjakan setiap hari. Tidak ada waktu bermain setiap harinya. Sedangkan malam hari saya pergunakan waktu saya untuk belajar. Saya rela melakukan apapun asalkan orang tua saya bahagia.

Sampai suatu ketika saya lulus SMEA dan tidak bisa melanjutkan kejenjang perguruan tinggi. Beruntung nya saya, saya langsung mendapat kan pekerjaan di sebuah perusahaan swasta. Bapak yang semakin tua, dan terlihat begitu lelah bekerja demi keluarga. Saya sebagai anak pengais bungsu merasa iba dan ingin sekali membantu bapak. Tidak ingin memberatkan nya kembali. Saya pun bekerja dengan sepenuh hati. Bertekad ingin melanjutkan kejenjang perguruan tinggi dengan biaya sendiri.

Alhasil semua keinginan saya dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Dari hasil saya bekerja saya mampu membiayai sekolah saya sendiri diperguruan tinggi. Walaupun ini sangat menantang saya.
Saya ambil pekerjaan di sift siang sampai malam. Sedangkan pagi saya harus kuliah. Dari tempat kuliah tak jarang saya bertarung dengan waktu untuk sampai ketempat kerja tidak telat. Capek rasanya, tapi perjuangan selalu berbuah manis. Dari perjuangan itu saya bisa lulus perguruan tinggi dengan bangga. Bangga bisa membiayai diri sendiri. Bangga tidak menyusahkan orang tua. Bangga dengan pencapaian yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.

Tapi semua butuh perjuangan. Perjuangan yang selalu berpacu dengan waktu, dari tempat menuntut ilmu ke tempat kerja. Hidup yang serba susah tidak seperti saat ini, yang sudah banyak kendaraan online. Perjuangan yang tidak bisa bermain dengan bebas dari masih sekolah. Lebih fokus mencari rejeki demi pendidikan.

Inilah pelajaran yang sangat berharga dan berkesan. Tidak ada rasa sesal sampai saat ini. Yang ada hanya rasa bangga dan kepuasan tersendiri.
Bangga bisa melihat orang tua tersenyum.
Ibu...Bapak...saya pun bangga jadi anak kalian.
Andai saja saya dilahirkan dikeluarga berada mungkin saya tidak akan prihatin menjalani hidup. Mungkin saya tidak bisa menghargai waktu. Dan mungkin saya tidak bisa membanggakan orang tua.

Inilah pengalaman saya yang sangat berkesan yang tidak akan saya lupakan.
Apapun yang dilakukan dengan ikhlas semuanya akan terasa indah.

Jum'at 21 Juli 2017
tinapurbo@gmail.com

Komentar

  1. Mantaaaap mak... berjuang sekuat tenaga demi anak dan keluarga tercinta. Bangga yaak mak. Kuliah sambil kerja, sempet gw alami mak. Apalagi gw yang notabenenya kuliah ngambil bahasa, bahasa Jepang lagi, ga kenal lelah deh pokoknya. Ganbatte Mak!!

    BalasHapus
  2. Hiks, dan aku pun bangga sebagai teman blogger yang mempunyai pengalaman hidup cerita dalam tulisan di atas, saluut!

    Setuju banget, Apapun yang dilakukan dengan ikhlas semuanya akan terasa indah. Amin

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan anda ke blog saya.
Saya sangat senang jika anda meninggalkan pesan pada postingan ini.
Terimakasih