FAA - PPMI Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan Untuk Mewujudkan Hak Atas Pangan yang Layak





Jakarta 30 Oktober 2016 bertempat di Hotel Ibis Tamarin Jakarta saya menghadiri acara Diskusi publik FAA PPMI dan OXFAM yang bertema "Memajukan Pertanian Berkelanjutan untuk Memajukan Hak Atas Pangan" mengetengahkan sejumlah isu krusial tentang pertanian berkelanjutan dan pemenuhan hak atas pangan.

Dalam acara Diskusi Publik ini, dihadiri oleh para Nara sumber yang keren - keren dan berpengalaman.

Nara sumber acara diskusi publik ini di hadiri oleh :

  • Bp. Tjuk Eko Eri Basuki ( dari Kementrian Pertanian )
  • Ibu Dini Widiastuti ( Direktur Keadilan Ekonomi Oxfam Indonesia )
  • Bp. Noor Avianto adalah Direktorat Pangan dan Pertanian Kementrian PPN  (Bappenas )
  • Bp. Khudori ( Pengamat Pangan dan Pertanian )
  • Dea Ananda ( Publik figur )


Acara ini sangat santai dan akrab. Tidak tegang, karena dipandu oleh host yang lucu yang membuat para undangan tertawa ditengah - tengah diskusi ini. Suasana memjadi semakin santai.

Pembicara pertama di bawakan oleh Bp. Tjuk Eko Eri Basuki ( perwakilan dari Kementrian Pertanian ) ini memaparkan tentang konsep pertanian berkelanjutan dengan kearifan lokal Sesuai nilai nilai yang di anut dan dipraktekkan masyarakat disetiap daerah. Sebagai contoh pertanian di Jawa mengenal istilah pranoto wongso sebagai metode pertanian berkelanjutan dengan tetap menjaga keseimbangan jejaring pangan. Menurut Bp. Tjuk Eko Eri Basuki, melalui pranoto mongso petani bisa mengetahui dan memprediksikan pola bercocok tanam yang tepat di masa - masa krisis.
Ini akan menjadi pengalaman dan pembelajaran baru bagi para petani. Sehingga petani dapat mengatasi segala macam masalah pertanian. Melalui pranoto wongso pula para petani akan menjadi semangat dalam mengolah lahan demi hasil yang lebih baik dari biasanya. Dan dimasa - masa krisis pun para petani bisa mencari jalan keluarnya agar pertanian tetap sejalan dan seimbang. Lahan tanaman harus ditanami sesuai kebutuhan. Tidak berlebih dan juga tidak kurang. Karena kebutuhan masing - masing manusia juga berbeda - beda. Ada yang lebih suka sayuran ada juga yang lebih sukai buah. Jadi bisa seimbang kedepannya. Dan hasil panen nantinya juga bisa mendapatkan hasil yang baik dan akan mendapatkan penghasilan yang lebih. Proses inj nantinya akan berdampak mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan.

Saat ini Indonesia memiliki pekerjaan besar untuk mengakhiri kemiskinan dan kelaparan. Memastikan akses masyarakat terutama kelompok miskin, rentan termasuk bayi. Upaya ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ( SDGs ) No.2 dimana Indonesia telah menjadi negara yang menyepakati tingkat global.

Penjelasan dilanjutkan oleh nara sumber ke dua yaitu Ibu Dini Widiastuti ( Direktur Keadilan Ekonomi Oxfam Indonesia ) ini mengingatkan tentang peran perempuan dalam praktik pertanian berkelanjutan "Perempuan harus terus di libatkan dalam mekanisme produksi pangan, berperan aktif melaksanakan pertanian berkelanjutan'. Tutur Ibu Dini Widiastuti. Menurutnya semua mempunyai peran penting dalam meningkatkan penghasilan pertanian. Baik laki - laki maupun perempuan mempunyai hak yang sama. Kesetaraan gender pun harus diberlakukan. Sebagai contoh tak hanya laki - laki saja yang mendapatkan pelatihan berkebun dan bercocok tanam. Dan pekerjaan sebagai petani tak harus melulu dikerjakan oleh laki - laki, tapi perempuan juga bisa membantu pekerjaan itu. Ini akan menjadi kemajuan bagi kita dibidang pertanian dan bercocok tanam. Laki - laki dan perempuan dapat menjadi tonggak kemajuan bersama. Oxfam Indonesia sendiri merupakan salah satu LSM Internasional yang berkomitmen untuk mencapai Sustainable Development Goal's salah satu tujuannya adalah mengakhiri kelaparan melalui pencapaian ketahanan pangan.peningkatan nutrisi dan mempromosikan pangan lokal mereka di dunia Internasional. Dengan begitu daya beli hasil bumi kita akan maju di mata Internasional. Pangan lokal pun tak kalah enak dan sehat. Pangan lokal ini diharapkan dapat maju dan berkembang secara berkelanjutan di dunia Internasional.

Pemaparan ketiga di jelaskan oleh Bp. Noor Avianto sebagai Direktorat Pangan dan Pertanian Kementrian PPN ( Bappenas ) memberikan pandangan tentang kebijakan produksi lima tahun kedepan. Terkait pangan dan pertanian berkelanjutan, pemerintah akan meningkatkan tanaman pangan padi mencapai surplus beras.
Fokus pertama pada kondisi saat ini, adalah komsumsi pangan, yaitu :

  • Kemiskinan : jumlah penduduk miskin relatif menurun saat ini sebanyak 86% dari jumlah penduduk indeks ini juga mengalami penurunan menjadi 0,397, berpotensi meningkatkan permintaan komoditi pangan yang bernilai tinggi.
  • Penduduk Indonesia : jumlah penduduk menengah ke atas meningkat dan struktur penduduk berubah. Terjadi perubahan pada komsumsi pangan ( non sereal, lebih kepada hewani, dan pangan olahan ). Trend komsumsi pangan penduduk berubah 1999 - 2010 padi - padian menurun 87%, umbi - umbian menurun 60%, sayur dan buah - buahan meningkat 120%.
  • Keberagaman komsumsi pangan.
Sasaran dalam kedaulatan pangan dalam 5 tahun kedepan ( Kebijakan produksi ) yaitu :

  1. Padi akan diarahkan untuk meningkatkan surplus beras.
  2. Jagung di fokuskan untuk keragaman pangan fan pakan lokal.
  3. Kedele di fokuskan untuk mengamankan kebutuhan komsumsi tahu dan tempe.
  4. Gula, daging sapi dan garam fokus pada pemenuhan komsumsi rumah tangga.
Langkah strategis kebijakan jangka menengah ( Rp JMN 2015 - 2019 ) adalah :

PADI
- pencegahan konversi lahan padi beririgasi teknis.
- Cetak sawah baru 1 juta ha, khusus diluar Jawa.
- Peningkatan produktivitas.
  * Dari saat ini 5,3 ton / ha (2015) bisa menjadi 5,5 ton / ha (2019) dan 5,9 ton/ ha (2025).
- Penguatan jaringan irigasi.
  * Rehabilitasi 3 juta ha jaringan irigasi rusak.
  * Pemeliharaan jaringan irigasi.
- Perlindungan petani yang mengalami kegagalan panen melalui asuransi pertanian
- Efisiensi struktur ongkos melalui mekanisme pertanian untuk transformasi tenaga kerja    
  sektor pertanian yang semakin mahal.

GULA
- Peningkatan produktivitas rendemen tebu.
- Revitalisasi pabrik gula yang ada.
- Pembangunan pabrik gula baru beserta perkebunan tebu.

JAGUNG KEDELAI
- Peningkatan luas tanam termasuk dilahan kering 1 juta ha diluar Jawa dan Bali.
- Peningkatan Produktivitas.

DAGING SAPI
- Penambahan populasi bibit untuk sapi dan inseminasi buatan.
- Pengembanga. Kawasan perternakan sapi.
- Peningkatan kapasitas pusat - pusat perbibitan ternak dan penyedia bibit.


Pemaparan yang ke empat ini masih ada hubungannya dengan penjelasan nara sumber diatas. Nara sumber Bp. Khudori ( Pengamat Pangan dan Pertanian ) yang juga merupakan anggota FAA PPMI menyebutkan sejumlah kecenderungan misalnya telah terjadi reduksi keaneka ragaman hayati, saat ini petani lebih tergantung pada paket tekhnologi, benih, pupuk, pestisida, dari luar negeri. Selain itu terdapat kerentanan sistem pertanian negara berkembang. Keragaman genetika juga makin terancam ketika benih semakin menjadi komoditas ekonomi yang dikuasai oleh industri. Pada tahun 2008, sekitar 71% benih jagung, 40% benih padi, dan 70% benih holtikultura dikuasai perusahaan. Petani semakin terasing dengan benih - benih lokal seiring dengan makin tingginya ketergantungan mereka pada benih rekayasa genetika yang kurang adaptif terhadap kondisi sosial  budaya yang beragam. Tanah juga bisa sakit bila ditanami tanaman dan pupuk yang tidak jelas. Hal ini akan membuat para petani menjadi sedikit mendapatkan hasil panennya. Belum lagi cuaca saat ini yang tidak sama seperti dulu. Hujan dan panas sudah tidak ada lagi musimnya. Bisa datang kapan saja. Ini juga lah yang membuat para petani sedih. Pemerintah pun hanya mengandalkan hasil pertanian di wilayah Jawa, padahal wilayah ini sudah sangat sesak dan penuh lahannya. Pemerintah belum mau mencoba membuka lahan pertanian di daerah lain. Hal ini yang masih menjadi beban angka kemiskinan dan kelaparan belum biaa teratasi dengan baik. Belum lagi hasil pertanian mereka yang di monopoli oleh para pemain itu itu saja, membuat para petani tidak mendapatkan hasil yang layak.

Dalam hal ini pemerintahlah semestinya yang lebih mendukung petani untuk melestarikan dan menggunakan benih lokal dibandingkan penggunaan benih rekayasa genetika yang kurang adaptif terhadap keberagaman kondisi sosial dan budaya, ucap Koordinator Presidium Forum Alumni Aktifis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia ( FAA PPMI ) Agung Sedayu.
Kondisi bagi petani semakin sulit ketika mereka harus mengalami gempuran impor pangan. Sedangkan mata pencaharian mereka hanyalah dari hasil bertani. Belum lagi urusan cuaca yang saat ini tidak menentu membuat hasil panenpun terkadang tak memuaskan. Kondisi ini harusnya pemerintah lebih memperhatikan para petani. Petani - petani ini pun sudah lanjut usia, lantas siapa yang akan meneruskan jadi petani kedepannya.
Karena itu FAA PPMI meminta pemerintah segera mewujudkan komitmen untuk meningkatkan derajat petani. Sekaligus memelihara keragaman hayati, termasuk keragaman genetika, benih, tanaman budaya serta memanfaatkan sumber genetika dan pengetahuan tradisional di masyarakat.

Nah...pemaparan yang terakhir ini ditutup dengan Dea Ananda ( Publik figur ).
Wah....semua bersemangat nih mendengarkan Dea bercerita. Kali ini Dea Ananda diundang bukan untuk menyanyi tapi untuk bercerita sebagai penikmat makanan sehat Indonesia
Sejak kecil Dea Ananda selalu diberi asupan makanan yang sehat dan makanan lokal oleh orang tuanya. Tidak diperbolehkan makanan siap saji. Orang tua Dea selalu mengolah bahan makanan lokal sendiri. Sayur mayur dan buah - buahan selalu dia komsumsi. Dea pun sangat suka lauk tempe, tahu dan ikan asin. Bahkan sejak kecil hingga dewasa Dea masih mengkomsumsi resep turun temurun yaitu rebusan air kacang ijo yang mempunyai kandungan vitamin B, sebagai antioksidan.
Dan ketika Dea menikah dan memiliki suami pun, Dea mengikuti jejak ibunya. Memasakkan makanan sehat untuk suaminya, membuatkan minuman rebusan kacang ijo dan olahan tahu dan tempe. Menurutnya makanan ini benar - benar sangat sehat. Sehingga kecintaan dan sayangnya pada suami dia berikan makanan yang sehat - sehat seperti sayuran dan buah - buahan lokal.

Dan acara hari ini diakhiri oleh Dea dengan mengingatkan kita pada lagu nya yang disukai anak - anak pada era tahun 90 an.
Dan undangan pun di ajak ikut bernyanyi bersama sebagai penutup akhir acara ini.

Rabu 02 November 2016
tinapurbo@gmail.com

Komentar

  1. saya pernah bertemu pebisnis tofu dari Colombia yang belajar pembuatan tahu tempe di Indonesia. Bisa banget pangan Indonesia mendunia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba...negara asing aja suka sama pangan lokal kita, yg ternyata sehat bgtt, bangga nya kita jd orng Indonesia ya mba...

      Hapus
  2. Semoga pasokan bahan makanan pokok tetap tersedia dan bukan dari impor :D

    BalasHapus
  3. Benih lokal dari indonesia sebenarnya lebih baik dan cocok utk tanah di indonesia. Kenapa pemerintah malah dukung benih import ya.

    BalasHapus
  4. Benih lokal dari indonesia sebenarnya lebih baik dan cocok utk tanah di indonesia. Kenapa pemerintah malah dukung benih import ya.

    BalasHapus
  5. profesi petani musti diperhatikan, biar anak-anak muda bangga jadi petani

    BalasHapus
  6. Indonesia sebetulnya memiliki potensi pangan yang beragam dan banyak. Kita harus mengkonsumsi untuk memberdayakan pertani. Dengan begitu petani bisa terus menananm

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan anda ke blog saya.
Saya sangat senang jika anda meninggalkan pesan pada postingan ini.
Terimakasih