Buku Ondel-ondel Galau Sarat Akan Budaya Dan Makanan Betawi


Sudah lama sekali saya tidak mencicipi makanan Betawi yang sangat menggugah selera dan pas di lidah saya. Sampai saya banyak yang lupa nama makanan tersebut. Padahal sejak kecil saya selalu disuguhi makanan khas Betawi oleh ibu saya.

Saya memang besar ditengah-tengah orang Betawi. Tetapi saya bukan orang Betawi asli, hanya saja saya hidup ditengah-tengah masyarakat Betawi asli. Kedua orang tua saya asli Semarang. Ayah saya seorang purnawirawan ABRI, dari pekerjaan ayah lah yang mengharuskan saya dan keluarga merantau ke Jakarta dan tinggal ditengah masyarakat Betawi.

Akhirnya rasa kangen saya akan makanan dan kebudayaan Betawi terpenuhi saat saya menghadiri sebuah acara Book Launching "Ondel-ondel Galau". Diacara inilah berbagai makanan dan kebudayaan Betawi di hadirkan.



Jum'at tanggal 27 April 2018 saya menghadiri acara Book Launching yang berjudul Ondel-ondel Galau di Binus school Simprug, Jakarta. Kenapa Book Launching ini diadakan di Binus School ?
Karena sang penulis Ondel-ondel Galau ini adalah siswi dari kelas 10 Binus School Simprug.

Di Binus School hari itu dipenuhi dengan beberapa ondel-ondel dengan beragam ukuran. Dari yang besar, sedang dan kecil ada semua disini. Tak ketinggalan roti buaya yang menjadi ciri khas Betawi juga hadir di Binus School Simprug.

Acara ini dimulai dengan tarian Betawi. Musik dan gerakan dari tarian Betawi ini membuat penonton ingin ikut bergoyang. Betawi memang dikenal dengan tarian yang unik sekali.

Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Sekolah Binus School Simprug, Bapak Pieter yang sangat bangga dengan prestasi anak didiknya. Binus School Simprug sangat bangga karena salah satu anak didiknya yaitu Frances Caitlin Tirtaguna sangat berbakat dan berprestasi. Dan saat ini Frances meluncurkan buku yang berjudul Ondel-ondel Galau dalan versi bahasa Inggris. Luar biasa sekali Frances ini.

Siapa sangka buku yang berjudul Ondel_ondel Betawi ini karya penulis anak usia 15 tahun. Frances merupakan salah satu siswi kelas 10 Binus School Simprug, yang baru saja menjadi salah satu wakil sekolahnya untuk Asia Pacific Young Leaders Convention 2018 di Singapore.

Kegemaran menulis sejak kecil membuat Frances lolos seleksi dari Stanford University, USA untuk mengikuti kursus Jurnalis Ekspositori di universitas tersebeut pada tahun 2015. Usia Frances saat itu masih 12 tahun dan masik duduk di kelas 7. Prestasinya untuk anak usia yang sangat belia ini memang patut di acungi jempol.

Prestasi dari Frances ini juga banyak sekali. Bukan hanya berbakat menulis, Frances juga sangat pintar. Beberapa prestasi lomba pun dia menangkan. Selain beragam prestasi yang telah di terimanya, Frances juga pintar memainkan alat musik piano yang sudah dipelajarinya sejak usia 4 tahun serta saxophone dan flute.

Oleh sebab itulah Kepala Sekolah dan juga pembimbingnya di Binus School ini merasa bangga akan prestasi Frances. Dan saat ini Frances membuat prestasi baru yaitu meluncurkan buku yang berjudul Ondel-ondel Galau. Buku ini ditulis dalam versi Bahasa Inggris, bukan karena Ia tidak cinta akan Indonesia. Tetapi Frances berharap buku ini dapat menjadi jembatan untuk mempromosikan kebudayaan dan makanan Betawi kepada orang luar. Sungguh luar biasa, saya kagum sekaligus bangga pada anak remaja ini. Usianya yang masih belia mempunyai kepintaran yang luar biasa.

Bang Indra Sutisna sebagai Budayawan Betawi di Setu Babakan ini juga hadir dan memberikan sambutannya. Bang Indra mengatakan sangat bangga karena kebudayaan dan makanan Betawi diangkat kedalam buku versi Bahasa Inggris, karya anak remaja yaitu Frances.

Bang Indra Sutisna juga sangat mendukung Frances untuk menulis buku yang berjudul Ondel-ondel Betawi ini. Bang Indra jugalah yang telah memberikan pengetahuan pada Frances, tentang peranan penting Ondel-ondel yang telah ada selama ratusan tahun dan bagaimana Ondel-ondel akhirnya menjadi ikon Kota jakarta.

Dalam sambutannya Bang Indra berharap buku ini menjadi pembelajaran bersama. Karena menurut Bang Indra jika generasi muda dan anak-anak makin jauh dari budaya nya sendiri, maka khawatir Jakarta akan kehilangan jati dirinya.

Dalam kesempatan yang sama juga Bang Indra melemparkan beberapa pertanyaan kepada undangan yang hadir yang berhubungan dengan kebudayaan dan makanan Betawi. Bang Indra bertanya, ada berapa janur yang ada dikepala ondel-ondel ? bumbu dapur khas Betawi dan lain-lain. Semua pertanyaan disambut antusias oleh para undangan yang hadir.

Dari pertanyaan yang diberikan Bang Indra saya jadi tahu bahwa janur yang ada dikepala Ondel-ondel berjumlah 25. Pengetahuan baru juga dengan beberapa bumbu masakan yang digunakan untuk membuat makanan Betawi ini.

Tidak sampai disitu saja, undangan juga dihibur dengan hiburan lenong bocah, yang dibawakan oleh sanggar seni Setu Babakan.
Selain dihibur dengan budaya Betawi para undangan juga disediakan berbagai macam makanan Betawi yang bisa dinikmati sepuasnya. Makanan yang juga sudah mulai susah kita temui ada disini.

Sekilas tentang cerita Ondel-ondel Galau ini adalah Mari membahas tentang budaya Betawi.

Apa yang kamu ketahui tentang Ondel-ondel ?
Seberapa banyak yang kamu ketahui tentang budaya Betawi ?

Jika kamu tidak tahu tentang budaya Betawi, itu sangat tidak masalah. Saya dan diri saya tidak berpikir banyak tentang hal itu, hingga saya berada di kemacetan lalu lintas Jakarta, ketika itu saya melihat sepasang ondel-ondel yang kelelahan dengan kostumnya yang panas. Dan ondel-ondel itu meminta uang pada orang-orang disekitar. Ini pemandangan yang memalukan tapi menarik dan membuat perasaan saya untuk tahu lebih jauh tentang sejarah ondel-ondel.

Ondel-ondel Galau adalah tentang gadis kecil yaitu Vina yang telah hidup dalam hipikal kehidupan sekolah menengah. Pergi sekolah di pagi hari dan kembali kerumah di sore hari. Vina mencoba keluar dari siklus yang sama setiap harinya. Vina mencoba tantangan baru dan bergabung dengan club musik tradisional Betawi di sekolahnya dimana ia bermain violin.

Dengan aktifitas barunya ini, Vina mendapat banyak teman baru menghadapi tantangan baru dan menghadapkan dirinya pada pemilik asli budaya itu. Budaya yang belum pernah vina ketahui sebelumnya.

Yang ingin tahu lebih juh tentang buku Ondel-ondel Galau ini, gabung bersama Vina untuk tahu lebih banyak tentang budaya Betawi.

"Buku ini penting ada di zaman sekarang, saat semua saling kejar untuk berada didepan. Karena itu, penting bagi kita untuk kembali ke mata air dan warisan yang ingin di gali.
Uniknya, buku ini berlari dengan gaya hidup populer, gaya hidup zaman sekarang. Saya harap buku ini akan menjadi pemenang dalam adu lari tersebut.
---Bang Yahya Andi Saputra, Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi.


" Frances dengan tulisannya membawa kita kembali mengingat warisan budaya Betawi yang perlahan mulai terkikis globalisasi dan kehidupan Jakarta yang semakin kompleks. Dikemas dengan riang dan ringan, perjalanan Frances akan mendorong kita, terutama generasi muda, untuk kembali mengingat dan melestarikan akar budaya Betawi ditengah hiruk pikuk Jakarta, tempat berbagai budaya berbaur".
---Toufan Yamin, Abang Jakarta Pusat 2015

Buku Ondel-ondel Galau ini bisa didapatkan di Toko buku Gramedia. Harga buku Ondel-ondel Galau ini seharga Rp 70.000. Buku yang sarat akan Kebudayaan Betawi dan juga Makanan khas Betawi.


Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Buiding
Blok 1 lantai 5
Jl. Palmerah Barat 29-37
Jakarta 10270
www.gpu.id

Komentar

  1. wah hebat banget si Eneng bisa bikin buku di usia belia. keren ya mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya hebat, anak berbakat, prestasinya juga bagus s disekolah

      Hapus

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungan anda ke blog saya.
Saya sangat senang jika anda meninggalkan pesan pada postingan ini.
Terimakasih